Charumitra tetap ngotot, “Bukannya tidak adil permaisuri Subrasi, aku takut pada keadilan Yang Mulia, *Dharma mengangkat nampan berisi beberapa wadah lilin*, Andai saja aku menemukan Dharma itu”. Angin bertiup kencang, semua lilin yang ada di nampan Dharma padam, ia jadi cemas, tanpa sadar berdiri tertegun dengan nampan di tangan. Subrasi yang terlibat pembicaraan serius dengan Charumitra melihatnya, melihat kecemasan di wajah Dharma.

Subrasi memanggil, “Sevika”. Dharma tersadar, menatap permaisuri yang sekarang jadi majikannya. Subrasi memberi isyarat dengan matanya agar tak membuat Charumitra melontarkan kata-kata kasar lagi. Dharma paham, mengangguk tipis, kemudian menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.

Ashoka #102 episode 92 16

Dharma berlari ke teras yang sepi, tanpa penjaga. Ia duduk di tangga, menangis tanpa suara, menumpahkan semua perasaan yang sudah menumpuk di dadanya, karena tak ada Chanakya tempatnya menumpahkan semua keluh kesah. Dharma menarik pinggir selendang ke mulutnya, menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tidak mau membuat kesalahan lagi dengan membuat orang lain yang mengenalnya jadi melihatnya. Dharma menangis tergugu. Angin malam bertiup lumayan kencang.

Dharma mulai tenang, terbayang peristiwa malam sebelumnya saat ia menyentuh kaki Bindusara di hari Vat Savitri bersamaan dengan ritual yang dilakukan Agnishikha untuk Justin. Dharma yang masih terisak menarik nafas dalam, terbayang saat dia menjaga lilin pemujaannya di teras istana di tengah badai hujan.

Dharma kembali terisak, setelah itu, di ruangan permaisuri Subrasi dia mengetahui dari seorang pelayan bahwa semua pelayan wanita dipanggil ke ruang pertemuan. Dharma terbayang saat ia sudah berada dalam antrian para pelayan yang menghadap Bindusara di ruang pertemuan. Bindusara dengan teliti memperhatikan pelayan wanita yang berhenti di hadapannya, saat itu dia lolos karena teriakan Charumitra menyuruh memanggilkan Khorasan, yang mengalihkan perhatian Bindusara. Dharma semakin menangis tergugu, sekarang ia yakin Bindusara benar-benar sudah melihatnya.

Dharma terbayang ucapan Chanakya dulu saat dia bersikeras mau memberitau Bindusara kalau dia masih hidup, ‘Kau pun tau Dewi, dengan melakukan hal ini bukan hanya musibah bagimu, tapi mengundang musibah bagi anakmu Ashoka’.

Ashoka #102 episode 92 17

Dharma masih sambil menangis menyesali keteledorannya, “Demi kepentingan diri, aku menimbulkan adanya musibah ini. Aku terhanyut dalam perasaan ketika hari Vat Savitri, meskipun aku tau Yang Mulia bisa melihatku, kenapa aku melakukan itu, apa perlunya aku menyalakan lilin, hiks hiks,hiks”.

Dharma teringat sesuatu, tangisnya langsung terhenti, “Karena Acharya Chanakya tidak ada, maka tidak ada yang bisa melindungi Ashoka. Sebelum ada yang bisa melihatku, aku harus melarikan diri dari sini”. Dharma berdiri dengan wajah sudah penuh keyakinan, “Aku bisa hidup jauh dari suamiku, aku bisa mengorbankan impian bertemu dengannya. Tapi aku tidak akan biarkan Ashoka tertimpa musibah. Tidak akan”. Dharma kemudian berlari menyebrangi halaman.

Ashoka #102 episode 92 18

Di ruangan Chanakya, Radhagupt kaget melihat siapa yang menemuinya, Subahu dan Vasunandhar, ia langsung bertanya, “Mana Ashoka”. Subahu yang menjawab, “Kami tidak tau Acharya, apakah prajurit menangkap dia atau tidak, kami mengira ada musibah, dan sesuai permintaan Ashoka, kami datang untuk memberitau anda”. Radhagupt bertanya menyelidik, “Apa dia mengatakan apa yang dia lakukan dan kenapa dia melakukannya”. Ashoka yang baru muncul yang menjawab, “Tidak”. Radhagupt langsung menoleh ke arah datangnya suara. Ashoka memasuki ruangan dengan langkah lebar.

Radhagupt bergegas menghampiri Ashoka dan menarik lengannya, menjauh dari dua teman Ashoka yang berdiri memberi laporan tadi. Radhagupt langsung mencari tau, “Apa yang kau lakukan dilahan pembangunan istana”. Ashoka menjelaskan, “Tadi, di tempat itu, ada sebuah terowongan rahasia, dan aku yakin Acharya Chanakya pasti dibawa dari terowongan itu. Untuk mengetahui pintu rahasia dari istana menuju kemana, aku pergi ke kantor badan perencanaan istana, disitu aku menemukan peta dan dengan bantuan Subahu dan Vasunandhar, aku masuk ke terowongan itu”.

Ashoka #102 episode 92 19

Ashoka menceritakan apa yang dia lihat dan dengar di terowongan, kemudian dengan wajah kesal berkata, “Karena prajurit itu aku tidak bisa melihat dengan jelas ada apa di dalam sana. Dan sekarang aku tidak bisa kesana lagi karena Yang Mulia sudah menyuruhku untuk menjauhi tempat itu”.

KLIKANGKA”  Halaman, dibawah  artikelTERKAITuntuk melihat foto dan kelanjutan kisahnya :